Pencerahan Sebagai Kebohongan Massal - Frankfurt School
Selasa, 10 Oktober 2017
Tambah Komentar
Dalam Postingan kali ini saya akan mencoba mengupas sedikit mengenai teori Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno dari artikelnya yang berjudul The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception, Dua tokoh ini adalah anggota dari pentolan Mazhab Frankfurt, tidak aneh jika banyak konsep-konsepnya ataupun teori yang dilontarkan kelompok ini bertujuan untuk mengkritik kemapanan, sistem kapitalis, kelompok dominan secara keras. Pemikiran-pemikiran tokoh atau anggota Mazdhab ini kebanyakan dilatar belakangi oleh teori-teori Marxisme. Semangat yang dilandaskan pada nilai-nilai moral dan percaya bahwa teori Marx bisa menjawab tuntutan zaman, didasari hal-hal tersebut, sering kali kelompok ini memunculkan konsep-konsep baru yang berupa kritik sosial dan budaya.
Pencerahan Sebagai Kebohongan Masal
“Pasar
bisa diciptakan”- Efek Rumah Kaca, Setelah revolusi Industri mencuat deras pada
abad 18 dibarengi dengan gerakan pencerahan, sebuah dialektika yang menjunjung
tinggi pengagungan pada rasio, Max
Horkheimer salah satu diantara pelakunya, mulai menganalisa sirkumstansi
masyarakat pasca industri dan mengkritik keras karna tidak sesuai dengan konsep
pencerahan berbentuk rasionalitas itu sendiri. Bersama sejawatnya di Mazhab
Frankfurt yaitu Adorno, ditemukan oleh keduanya bahwa Industrialisasi budaya
mencanangkan budaya sebagai produk, sebagai barang dagangan yang sebenarnya
budaya bersifat natural entah dalam kemunculannya atau perkembangannya, budaya
memiliki nilai estetika yang sejatinya tidak bisa perjualbelikan, lalu produk
budaya tersebut katakan musik atau karya seni kehilangan esensinya, nilai
absolutnya, dipaksakan menjadi sebuah barang dagang yang dicap dengan sederet
nominal dan lebih parahnya diproduksi massal. Tidak sampai disitu, para
produsen budaya dalam industri buta ini membutakan konsumen, mengatur kasadaran
penuh konsumen dengan iming-imingan yang disebarkan oleh media berbentuk iklan
dan di kuatkan dengan sebaris kata bernuansa ideologis. Tujuan utama dari
manipulasi ialah melilit sehabis mungkin apa yang bisa dihabiskan demi
kelancara hidup produsen tanpa mengindahkan moral sekalipun.
Disinilah
teori industri menuai titik awal tumbuhnya, memulai persepktifnya dari sistem
kapitalis, teori ini meminta dengan tegas kepada manusia untuk lebih sadar
semisal saat ajang MTV menyiarkan tangga
lagu dan dibariskan yang terbaik dari kesepuluh sampai kesatu, maka karya lain
yang tidak tercantum disana diasumsikan tidak layak untuk didengar khalayak,
MTV kali ini, menanamkan persepsi kepada masyarakat atau penontonnya bahwa
mereka adalah lembaga standar sebuah kesenian bermusik, yang berarti ada jual
beli/kompromi yang di mainkan, ada semacam penggiringan opini yang di paksakan
MTV secara kontinu dengan gandengan media dan iklan untuk mengambil alih
kesadaran masyarakat dalam hal melihat musik yang baik dan buruk, namun sejatinya, dalam seni, Estetika adalah
bentuk tunggal penilaian bukan pendapat segelintir lembaga macam MTV yang hanya
memperdulikan hak siarnya tetap top range.
Katakan
saja musik populer yang berkembang sekarang, seperti kebanyakan grup musik di
tanah air yang mengambil tema yang sama, percintaan, kesenduan dalam setiap
esensi karyanya atau kelompok laki-laki yang berjingkrak ria kemayu atau lagi
segerombolan perempuan yang berusaha sebisa mungkin terlihat seperti
bocah-bocah TK walaupun sudah berusia lebih dari 25 tahun, standarisasi produk
ini di bentuk oleh kaum produsen dengan mengatasnamakan sebagai kebudayaan yag
sedang berkembang, atau melabelkan tema bahwa kebudayaan bermusik seperti ini
adanya, secara tidak langsung khalayak di suapi ilusi-ilusi manipulatif bernama
budaya yang sejatinya hanya kesemuan belaka, pada pangkalnya mereka laris manis
di layar kaca, menjadi bahan empuk bagi media massa untuk di tulis, menjadi
santapan segar bagi kongsi-kongsi kapitalis dan parahnya, masyarakat dipaksa
ikut serta bersama menyantap suguhan tersebut. Berkat kegigihanya, ideologi
postmodern tertanam kuat dalam budaya populer sehari-hari yang hampir tidak ada
orang yang dapat membedakan mana kebenaran atau kepalsuan, realitas dan ilusi.
Ironi.
Sekali
lagi saat industri menjadi komoditas yang paradoksial berkembang maka manusia
sejak saat itu telah dan sudah ikut serta menjadi antek-antek kapitalis secara
tidak sadar dalam struktur budaya yang dikomersialkan. Walaupun peran yang
paling besar dipegang media massa, ya, karna tidak bisa dipungkiri media massa
adalah pemegang penuh penyebaran informasi, media massa menjadi tumbal untuk
disalahkan bagi sistem kapitalis karena perannya sebagai penyebar informasi. Pada
dasarnya Horkheimer dan Adorno bermaksud memperjelas secara rasional struktur
yang dimiliki oleh masyarakat industri sekarang, teori kritis yang di bawa Horkheimer
tidak berurusan dengan prinsip-prinsip umum apalagi membentuk ide, tujuannya
ialah membebaskan manusia dari irasionalisme, dari pembodohan, dari hegemoni
sistem, dari rahang kapitalis. Namun sangat disayangkan karna luasnya cakupan
bahasan pada teori ini sehingga menimbulkan justifikasi nilai dan analisis yang
prematur. Dan lagi Marx sendiri sebagai tokoh yang diaggungkan kedua tokoh ini
pada akhirnya tergelimpung dalam arus kapitalis, atau Lenin di Rusia sana di
akhir gerilyanya, juga bergumul dengan produk-produk kapitalis yang berbentuk
suplai alat milter perang.
Sumber: The Industry Culture: Enlightenment as Mass Deception (Max Horkheimer & Theodor W. Adorno) (1979)
Belum ada Komentar untuk "Pencerahan Sebagai Kebohongan Massal - Frankfurt School"
Posting Komentar